Bagi para Moms yang memiliki anak-anak usia dini, tentu tidak asing dengan frasa sensory play. Seringkali para orang tua membidik banyak alat permainan edukatif yang menunjang sensory play anak, seperti beads, pasir-pasiran, gel, tepung-tepungan, balok-balok kayu, dan lain-lain. Sebenarnya, apakah sensory play itu? Haruskah setiap anak menggunakan mainan mahal agar dapat melakukan sensory play? Mari kita belajar tentang filosofi sensory play sebelum memutuskan membeli mainan anak.
Mengenal Sistem Sensori
Sebelum kita membahas tentang permainan sensori atau sensory play, kita harus mengenal sistem sensori yang terdapat pada manusia terlebih dahulu. Sistem sensori merupakan kesatuan yang terdiri dari: rangsangan yang diterima dari lingkungan luar, yang diproses oleh alat indera, dan disampaikan kepada pusat sensori, yaitu otak, untuk diterjemahkan sehingga menjadi respon tertentu. Secara singkat, alur pemrosesan sensori adalah sebagai berikut:
input: rangsangan -> proses: alat indera dan otak -> output: respon
Sistem sensori terdiri atas 8 sistem, yaitu:
- Sensori visual
- Sensori pendengaran
- Sensori perabaan
- Sensori pengecapan
- Sensori penciuman
- Sensori vestibular
- Sensori proprioceptif
- Sensori intereseptor
[referensi: STAR INSTITUTE]
Kita familiar dengan sistem sensori visual sampai penciuman, namun beberapa baru mengenal tentang 3 sistem sensori terakhir, yaitu vestibular, proprioceptif, dan interoseptor.
- Sensori vestibular berkaitan dengan keseimbangan dan pergerakan tubuh. Memberikan informasi tentang posisi tubuh di suatu tempat dan bagaimana mengaturnya.
- Sensori proprioceptif adalah sensori yang memberikan informasi saat tubuh beserta otot dan sendi tubuh sedang bergerak aktif.
- Sensori intereseptor adalah sistem yang mampu merasakan segala sesuatu yang terjadi di dalam tubuh, seperti merasakan lapar, haus, sakit perut, keinginan BAB dan BAK, dan lain-lain.
Optimalisasi sistem sensori ini sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Semakin baik proses sensori, semakin baik pula daya kognitif dan ketangkasan belajarnya. Bagaimana cara kita mengoptimalisasi sensori anak? Itulah tujuan utama dari sensory play.
Mengenal sensory play
Kenapa bermain? Karena bermain adalah pekerjaan utama anak-anak. Secara naluriah, anak diciptakan untuk bermain. Maka pembelajaran, pemahaman, serta kemampuan-kemampuan dasar seorang anak akan didapat dengan cara bermain. Sekarang pertanyaannya, bermain yang seperti apa?
Sensory play akan menjawabnya. Sensory play atau permainan sensori dilakukan sebagai stimulus untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak atau sebagai terapi pada anak yang mengalami gangguan sensori, sehingga tercapai indikator tumbuh kembang sesuai usia.
Bagaimana melakukan sensory play?
Permainan sensori harus disertai dengan pertanyaan: ingin mengoptimalkan atau terapi sistem sensori yang mana? Pertanyaan ini akan memudahkan orang tua dan atau tenaga medis dalam menentukan permainan jenis apa yang akan dilakukan. Ciri khas lain dari permainan sensori adalah, melibatkan lebih dari 1 jenis sensori. Jenis permainan ini yang baik diaplikasikan pada anak-anak. Sebagai contoh sederhana: anak melempar bola ke ring basket. Sensori visual, proprioseptif, dan perabaan berperan selama bermain. Jika ditambah dengan ada aba-aba dari wasit, satu sensori lagi berperan, yaitu sensori pendengaran.
Bagi para orang tua, melakukan sensory play sebaiknya dimulai dari menentukan tujuan. Sebagai contoh: Anak bisa menendang bola ke dalam gawang
Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan sistem sensori apa saja yang terlibat pada saat anak menendang bola, yaitu:
- Sensori visual
- Sensori vestibular
- Sensori proprioseptif
Setelah itu, menentukan aktivitas sederhana yang menstimulasi ketiga sensori di atas. Sebagai contoh, anak dapat melakukan:
- Memasukkan koin ke dalam celengan- melatih visual
- Berdiri satu kaki- melatih vestibular
- Melompat dengan dua kaki- melatih proprioseptif
Hal lain yang harus diperhatikan dalam melakukan permainan sensori adalah kesesuaian permainan dengan usia anak. Kita bisa melihat perkembangan sesuai usia anak pada Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), salah satunya menggunakan Kuesioner Denver II. Dengan demikian, kita sebagai orang tua mampu mendampingi dan mengoptimalkan permainan anak-anak kita sesuai dengan capaian usianya.
Macam-macam sensory play di rumah
Apakah setiap permainan sensori harus menggunakan alat-alat yang mahal? Tentu tidak! Kita bisa mendapatkan ide bermain sensori dari bahan-bahan dan alat yang terdapat di rumah, seperti alat dapur, bahan-bahan memasak, kertas-kertas, tali, benang, kapas, kain, bantal maupun guling. Yang terpenting, kita paham konsep dan tujuan awal yang hendak kita capai.
Aktivitas sehari-hari di rumah pun melibatkan banyak sensori, sehingga kita bisa ajak anak-anak kita agar terlibat dalam pekerkaan menyapu, mengepel lantai, mencuci baju, memasak, merapikan tempat tidur, dan lain-lain.
Biarkan anak dekat dengan alam
Selain itu, sensori alam sekitar kita. Anak-anak membutuhkan outdoor-time yang cukup setiap harinya, untuk bisa mengeksplorasi sekitar. Mereka akan belajar dari alam, sensori-sensorinya akan terasah dengan bermain bersama rumput, tanah, bebatuan, dedaunan, bunga-bunga. Oleh udara pagi-sore, cahaya matahari, cuaca panas-dingin- berangin-hujan. Jalanan mendaki, menurun. Lapangan luas, gang sempit. Bagi dunia mereka, alam adalah mainan yang menantang, maka biarkanlah mereka bermain bebas sehingga berani berekspresi.
“Children learn as they play. Most importantly, in play, children learn how to learn.”
O. Fred Donalson